1. Warna Urine
Apabila kita perhatikan warna urine,
adakalanya memiliki makna tertentu karena kadang-kadang didapat kelainan yang
berarti secara klinis. Warna urine di uji pada tebal lapisan 7-10 cm dengan
cahaya tembus, tindakan ini dapat dilakukan dengan mengisi tabung reaksi sampai
¾ penuh dan dilihat dalam posisi dimiringkan. Warna urine dapat dinyatakan
sebagai berikut: tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning-tua, kuning
bercampur berah, merah bercampur kuning, merah, coklat kuning bercampur hijau,
dsb.
Pada umumnya, warna urine ditentukan oleh besarnya diuresis; makin besar
diuresis, makin muda warna urine tersebut. Biasanya warna normal urine berkisar
antara warna kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa
macam zat warna, terutama urokom dan urobilin.
Beberpa sebab yang dapat
mempengaruhi warna urine
Kuning:
- Zat warna normal dalam jumlah yang besar; urobilin,
urokom
- Zat warna abnormal ; bilirubin
- Obat-obatan ; riboflavin (dengan fluoresensi hijau),
cascara, santonin, senna. Zat-zat tersebut berwarna kuning dalam suasana
asam.
Hijau:
- Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan
- Obat-obatan ; evan’s blue, metilen blue
- Mikroorganisme/kuman; B pyocyaneus
Merah:
- Zat warna normal dalam jumlah besar; uroeritrin
- Zat warna abnormal; hemoglobin, porfirin, porfobilin
- Obat-obatan; senna, cascara, santonin, amidopirin,
congo red. Zat-zat tersebut berwarna merah dalam suasana basa.
- Mikroorganisme / kuman ; B. Prodigiosus
Coklat:
- Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan
- Zat warna abnormal; bilirubin, hematin, porfobilin
Coklat tua:
- Zat warna normal dalam jumlah besar; indikan
- Zat warna abnormal; darah tua, alkapton, melanin
- Obat-obatan; derivat fenol, arginol
Serupa susu:
- Zat normal dalam jumlah besar: fosfat,urat
- Zat abnormal; getah prostat, zat-zat lemak,chylus,
bakteri-bakteri dan protein yang membeku
II. Kejernihan
Uji kejernihan urine sama seperti uji warna. Nyatakan keadaan urine dengan
salah satu dari: jernih, agak keruh, atau sangat keruh. Perlu diperhatikan
apakah urine yang dianalisis itu keruh pada saat dikeluarkan atau setelah
dibiarkan beberapa lama. Tidak semua macam kekeruhan menunjukan sifat abnormal.
Urine yang normalpun akan keruh jika dibiarkan atau didinginkan, kekeruhan
ringan itu disebut nubecula dan terjadi dari lendir, sel-sel epitel dan
leukosit yang lambat laun mengendap.
Sebab-sebab urine menjadi keruh
- Bila urine keruh sejak awal ditampung, kemungkinan
adanya fosfat yang cukup banyak (dari konsumsi makanan), adanya bakteri,
sel-sel epitel atau sel eritrosit dan leukosit, chylus yang berasal dari
adanya butir-butir lemak atau adanya zat-zat koloidal lain.
- Bila urine menjadi keruh setelah didiamkan, kemungkinan
adanya nubecula, urat-urat amorf, fosfat-fosfat amorf, adanya bakteri yang
bukan berasal dari dalam badan namun terdapat pada botol penampung.
III. Densitas Urine
Berat jenis urine sangat erat hubungannya dengan diuresis, makin besar
diuresis, makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya makin kecil diuresis,
makin besar berat jenisnya. Berat jenis urine 24 jam dari orang normal biasanya
berkisar antara 1,016-1,022. Batas urin sewaku-waktu dan urine pagi antara
1,003-1,030. Jika berat jenis urine lebih besar dari 1,030 memberi isyarat akan
kemungkinan glikosuria.
Penentuan densitas urine dapat dilakukan dengan cara urinometer, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Tuangkan urine
yang harus bersuhu kamar ke dalam gelas urinometer. Busa yang mungkin terjadi
dibuang dengan memakai sepotong kertas saring atau dengan setetes eter.
2) Masukkanlah
urinometer ke dalam gelas itu. Agar urinometer itu bebas terapung pada
waktu dibaca, harus ada cukup banyak urine dalam gelas tadi.
3) Sebelum membaca
berat jenis pada tangkai urinometer, haruslah urinometer itu leps dari dinding
gelas; untuk melepaskan putarlah urinometer itu dengan menggunakan ibu jari dan
telunjuk.
4) Oleh putaran
tadi urinometer akan terapung di tengah-tengah gelas dan tidak menempel lagi
pada dinding. Bacalah berat jenis tanpa paralax setinggi meniskus bawah.
IV. Protein
Penentuan adanya protein dalam urine biasanya dilihat dari timbulnya kekeruhan.
Karena padatnya atau kasarnya kekeruhan itu menjadi suatu ukuran untuk jumlah
protein yang ada, maka syarat terpenting untuk menentukan adanya protein adalah
harus menggunakan urine yang jernih. Apabila urine yang akan diperiksa berada
dalam kondisi yang jernih, urine bisa langsung diperiksa. Namun jika urine
keruh, urin harus di sentrifugasi terlebih dahulu. Bila masih keruh juga,
gunakan adsorben karbon aktif. Masukkan karbon aktif dalam kolom gelas,
kemudian alirkan urine yang akan diperiksa ke dalam kolom, tampung filtratnya
yang jernih untuk pemeriksaan protein.
Pemeriksaan urine dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Masukkan urine
yang jernih ke dalam tabung reaksi sampai 2/3 penuh.
2) Jepit tabung
dengan penjepit kayu pada bagian bawahnya, lapisan atas urine dipanasi di atas
nyala api sampai mendidih selama 30 detik.
3) Amati
terjadinya kekeruhan pada lapisan atas urine tersebut, dengan membandingkan
jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi. Jika terjadi kekeruhan,
mungkin disebabkan oleh protein, tetapi mungkin pula oleh adanya kalsium fosfat
atau kalsium karbonat.
4) Ke dalam urine
yang masih panas tersebut teteskan 3-5 tetes larutan buffer asetat pH 4,6. Jika
kekeruhan itu disebabkan oleh adanya kalsium fosfat dan kalsium karbonat, akan
hilang pada saat ditambahkan buffer asetat, namun bila kekeruhan semakin
bertambah, berarti test terhadap protein adalah positif
5) Panasi sekali
lagu lapisan atas itu sampai mendidih, dan kemudian berilah penilaian semi
kuantitatif dari hasil yang diamati.
V. Gula Reduksi
Penentuan gula reduksi dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Masukkan 5 mL
reagen Benedict ke dalam tabung reaksi
2) Teteskan 5-8
tetes urine ke dalam tabung.
3) Masukkan tabung
tersebut ke dalam air mendidih selama 5 menit.
4) Angkat tabung,
kemudian kocok dan amati hasil reduksinya.
Cara menilai hasil:
Negatif (-): tetap biru jernih atau
sedikit kehijauan dan agak keruh
Positif (+) : hijau kekuningan dan
keruh (sesuai dengan 0,5-1% glukosa)
Positif (++): kuning keruh (1-1,5 %
glukosa)
Positif (+++): jingga atau warna
merah lumpur keruh (2-3 % glukosa)
Positif (++++): merah keruh (lebih
dari 3,5% glukosa)
VI. Badan-badan Keton
Penentuan badan keton dapat dilakukan sebagai berikut
1. Cara Rothera
Percobaan ini berdasarkan kepada
reaksi antara nitroprussida dan asam aseto asetat atau aseton, yang
menghasilkan warna ungu yang sfesifik.
1) Masukkan 5 mL
urine ke dalam tabung reaksi
2) Bubuhkan
kira-kira 1 gram reagen rothera dan kocok sampai larut.
3) Pegang tabung ,
miringkan dan dengan hati-hati alirkan / teteskan sebanyak 1-2 mL amonium
hidroksida pekat (lakukan pada lemari asam) melalui dinding tabung ke atas
larutan urine tersebut.
4) Letakkan tabung
dalam sikap tegak, dan baca hasilnya setelah 3 menit.
5) Warna ungu
kemerahan pada perbatasan kedua lapisan cairan menandakan adanya badan-badan
keton dalam urine
2. Cara Gerhardt
Test ini didasarkan pada reaksi
antara asam aceto acetate dan ferri chlorida yang menyusun zat berwarna seperti
anggur (warna merah coklat). Asam aceto acetat sampai pengenceran 1:1000 dapat
dinyatakan oleh reaksi ini (jauh kurang peka dari reaksi rothera), sedangkan
acetone dan asam beta hidroksibutirat tidak bereaksi. Karena itu, penting
menggunakan urine segar.
Cara Gerhardt ini dapat dilekukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1) 5 mL urine
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian diteteskan larutan ferri clorida
10% ke dalam tabung itu sambil isisnya dikocok.
2) Jika
terbentuknya presi pitat putih ferri fosfat berhenti, saringlah cairan itu.
3) Berikan
beberapa tetes lagi larutan ferri clorida pada filtrate. Perhatikanlah adanya
warna merah coklat yang menandakan test ini positif.
VII. Bilirubin
a. Percobaan busa
Kocoklah tabung reaksi yang berisi 5
mL urine kuat-kuat. Jika terjadi busa kuning, kemungkinan adanya bilirubin pada
urine cukup kuat.
b. Cara Harrison
1) 5 mL urine yang
lebih dulu dikocok dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
2) Tambahkan 5 mL
larutan barium klorida 10%, bilirubin akan mengendap. Saring dengan kertas
saring.
3) Kertas saring
yang berisi endapan di angkat dan dibuka lipatannya, biarkan beberapa lama
sampai agak kering.
4) Teteskan 2-3
tetes reagen Fouchet ke atas endapan tersebut.
5) Timbulnya warna
hijau, menunjukkan adanya bilirubin.